Kamis, 14 November 2013



TARI TUNGGAL NUSANTARA (PUTRI)


TARI YAPONG
Tari Yapong adalah salah satu tarian yang diciptakan untuk pertunjukan.Yapong bukanlah tari pergaulan seperti tari Jaipong.Yapong mulai diperkenalkan pada acara memperingatkan HUT Kota Jakarta ke-450 tahun 1977.Saat itu Dinas kebudayaan DKI menyiapkan sebuah pegelaran tari massal dengan menampilkan cerita perjuangan Pangeran Jayakarta.Yapong ialah tari gembira dengan gerakan dinamis dan erotis adegan itu menunjukan kemenangan pangeran Jayakarta.Istilah Yapong muncul karna karna lagunya yang berbunyi ya,ya,ya dan musik yang bersenandung pong,pong,pong karna itulah diberi nama Ya-Pong dan berkembang Yapong.Corak pakaian yang dikenakan para penari merupakan pengembangan dari pakaian Kembang Topeng Betawi bentuk serta ragam hias tutup kepala serta selempang dadanya yang disebut toka-toka.Tari yapong juga dipengaruhi kesenian Tionghoa misalnya seperti kain yang dipakai oleh para penari terdapat motif-motif naga merah menyala.Alat musik yang digunakan untuk tarian yapong ialah campuran antara Betawi, Jawa Tengah dan Jawa Barat .Setelah Yapong menjadi tarian lepas DKI Jakarta memanfaatkan instrumen Rebana Biang,Rebana Hadroh,dan Rebana Ketimpring.Dengan demikian Yapong merupakan garapan kreasi baru yang bertolak dari unsur-unsur gerak tradisional Betawi.
YA, YA, YA, YA, PONG, PONG, PONG.

Tari Yapong merupakan suatu jenis tarian tradisional yang diciptakan untuk pertunjukan. Pada mulanya, Yapong bukan tari pergaulan seperti Jaipongan dari Jawa Barat, namun kemudian dalam perkembangannya kadang kala berfungsi sebagai tari pergaulan untuk mengisi acara sesuai permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi.
Tari Yapong memiliki gerakan yang gembira, dinamis, dan erotis. Istilah Yapong ini lahir dari bunyi lagunya ya, ya, ya, ya, yang dinyanyikan artis pengiringnya serta suara musik yang berkesan pong, pong, pong, sehingga lahirlah “ya-pong” dan berkembang menjadi Yapong. Tak ada makna apapun yang terkandung dalam penamaan Yapong, karena seperti yang telah diungkapkan penamaan tersebut merupakan onomatope dari bunyi-bunyi yang terdapat dalam musik dan tarian tersebut.
Secara sosiologis, kebudayaan Jakarta tidak hanya didomonasi oleh masyarakat Betawi, tetapi merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya, termasuk Tari Yapong. Tarian ini diwarnai oleh tari rakyat Betawi, kemudian diolah dengan unsur-unsur tari pop, antara lain unsur tari daerah Sumatera. Karena kesenian Betawi banyak dipengaruhi oleh unsur kesenian Tionghoa, maka dalam tari Yapong juga tidak terlepas dari pengaruh unsur kesenian Tionghoa, misalnya dalam kain yang dipakai oleh para penari terdapat motif-motif naga dengan warna merah menyala seperti kostum penari khas pemain Opera Beijing. Selain itu, corak pakaian yang dikenakan oleh para penarinya, merupakan pengembangan pakaian tari Kembang Topeng Betawi. Tampak jelas bentuk serta ragam hias tutup kepala serta selendangnya yang disebut toka-toka.
Alat musik yang digunakan saat tarian ini dipergelarkan adalah campuran antara Betawi, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Yapong diciptakan oleh Bagong Kusudiardjo awal tahun 1975 sebagai bagian Teater Tari Pangetan Jayakarta dalam rangka mempersiapkan acara peringatan HUT Kota Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Tari untuk perempuan ini awalnya banyak dipengaruhi oleh tarian Topeng Blantek. Tahun 1977, Dinas Kebudayaan DKI menyiapkan sebuah pergelaran tari massal yang spektakuler dengan mempergelarkan cerita perjuangan Pangeran Jayakarta. Untuk mempersiapkan pergelaran itu, Bagong mengadakan penelitian selama beberapa bulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi melalui perpustakaan, film, slide maupun langsung pada masyarakat Betawi. Akhirnya pergelaran tari ini berhasil dipentaskan pada tanggal 20 dan 21 Juni 1977 di Balai Sidang Senayan. Pementasannya didukung 300 orang artis dan musikus. Dalam adegan tersebut dipertunjukkan suasana gembira menyambut kemenangan Pangeran Jayakarta.
Bagong Kussudiarjo seusai pementasan menggubah tari Yapong dari bentuk sendratari kemudian mengembangkannya sebagai tarian lepas. Setelah menjadi tarian lepas, dalam tarian tersebut memanfaatkan instrumen Rebana Biang, Rebana Hadroh, dan Rebana Ketimpring.

Selain itu, penyajian yang baru diciptakan oleh Warta Selly, Wiwiek Widiastuti, dan Joko Sudarsono. Kali ini, Tari Yapong digunakan untuk acara-acara resmi seperti penyambutan tamu dan kenduri. Selanjutnya, adanya instrumen rebana juga memengaruhi perkembangan tarian ini, gerakan Gitek Balen diciptakan oleh Abdurachman merupakan respon dari suara rebana tersebut. Gitek berarti goyang, dan Balen merupakan pola dari pukulan instrumen tersebut. secara keseluruhan, tarian yang kita kenal sebagai Tari Yapong ini merupakan gambaran dari dinamika tubuh perempuan dewasa.

Senin, 11 November 2013

TARI TUNGGAL NUSANTARA (LAKI-LAKI)

Tari RemoTari Remo adalah salah satu tarian untuk penyambutan tamu agung, yang ditampilkan baik oleh satu atau banyak penari. Tarian ini berasal dari Provinsi Jawa Timur.
Tari Remo berasal dari Kabupaten Jombang, Jawa Timur Tarian ini berasal dari kecamatan Diwek Di desa Ceweng, tarian ini diciptakan oleh warga yang perprofesi sebagai pengamen tari di kala itu, memang banyak profesi tersebut di Jombang, kini Tarian ini pada awalnya merupakan tarian yang digunakan sebagai pengantar pertunjukanludruk. Namun, pada perkembangannya tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan, ditarikan dalam upacara-upacara kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah. Tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga. Akan tetapi dalam perkembangannya tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan.Asal-usul Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini.

Berdasarkan perkembangan sejarah tari remo, dulunya tari remo merupakan seni tari yang digunakan sebagai pembuka dalam pertunjukan ludruk. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi dari tari remo pun mulai beralih dari pembuka pertunjukan ludruk, menjadi tarian penyambutan tamu, khususnya tamu – tamu kenegaraan. Selain itu tari remo juga sering ditampilkan dalam festival kesenian daerah sebagai upaya untuk melestarikan budaya Jawa Timur. Oleh karena itulah kini tari remo tidak hanya dibawakan oleh penari pria, namun juga oleh penari wanita. Sehingga kini muncul jenis tari remo putri. Dalam pertunjukan tari remo putri, umumnya para penari akan memakai kostum tari yang berbeda dengan kostum tari remo asli yang dibawakan oleh penari pria.

Tata Gerak Karakteristika yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif. SANDAL

Tata Busana Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.

Pengiring Musik yang mengiringi Tari Remo ini adalah gamelan, yang biasanya terdiri atas bonang barung/babok, bonang penerus, saron, gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Dalam pertunjukan ludruk, penari biasanya menyelakan sebuah lagu di tengah-tengah tariannya.

Tata Busana

Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.

Busana gaya Surabayan

Terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke-18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan jarum emas, sarung batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris menyelip di belakang. Penari memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang masing-masing ujung selendang. Selain itu, terdapat pula gelang kaki berupa kumpulan lonceng yang dilingkarkan di pergelangan kaki.

Busana Gaya Sawunggaling

Pada dasarnya busana yang dipakai sama dengan gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni penggunaan kaus putih berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam kerajaan.

Busana Gaya Malangan

Busana gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan jarum.

Busana Gaya Jombangan

Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan gaya Sawunggaling, namun perbedaannya adalah penari tidak menggunakan kaus tetapi menggunakan rompi.